Senin, 28 Mei 2012

Download Form Daftar Ulang SPN 2


Barakallah kami ucapkan kepada para peserta atas ikhtiarnya untuk mengikuti Sekolah Pra Nikah (SPN) angkatan ke -2
semoga kita dimudahkan dalam mengikuti sunnah Rasul-Nya. Amin...

Berikut ini kami mengumumkan bahwa :
1. Peserta SPN 2 harap mengisi formulir berikut ini dan dikumpulkan dalam 2 bentuk:
    a. dalam bentuk file, dikirim ke spnsurabaya@yahoo.co.id
    b. dalam bentuk cetak (print), dibawa saat pertemuan perdana tgl 3 Juni 2012
2. Pertemuan perdana SPN 2 dimulai pada:
    hari: Ahad, 3 Juni 2012
    tempat :di Gedung Darmawanita ITS Sukolilo
    pukul: 07.30 WIB
3. Pelunasan biaya pendaftaran terakhir tgl 3 Juni 2012 (saat registrasi), bagi yang sudah membayar, harap membawa bukti transfer

Terima kasih
-Panitia SPN 2-

Rabu, 16 Mei 2012

Kabar Gembira

KABAR GEMBIRA...
SPN 2 TURUN HARGA !!!
Segera daftarkan diri anda, PESERTA TERBATAS...

Diinfokan kepada seluruh calon peserta SPN 2 bahwa:
1. biaya SPN 2 turun harga dari Rp. 175.000 menjadi Rp. 125.000
2. pertemuan perdana SPN 2 diundur menjadi tanggal 3 Juni 2012
3. pendaftaran dan pembayaran paling lambat tanggal 25 Mei 2012

pendaftaran cukup dengan sms ke 085226118611
SPN_nama lengkap_gender (putra/putri)_alamat email

pembayaran ditransfer ke:
BCA --> 8905061654
BSM --> 7007042951
a.n Astria Hijriani
*untuk peserta yang sudah transfer, selisih biaya akan dikembalikan saat pertemuan perdana SPN 2

Tim Sekolah Pra Nikah 2 (SPN 2)
"Nikah Tak Cukup Hanya Cinta"

Senin, 14 Mei 2012

Segera Daftar SPN Angkatan II

Telah dibuka pendaftaran Sekolah Pra Nikah (SPN) Angkatan ke-2
Pendaftaran melalui sms ke 085226118611 dengan format:
SPN_nama lengkap_gender (putra/putri)_alamat email

Fasilitas:
12 materi (6x pertemuan setiap hari Ahad)
Makalah
Snack dan minum
ID Card
Sertifikat
CD

Biaya: Rp.175.000
Pembayaran paling lambat tanggal 20 Mei 2012, dapat ditransfer ke:
BCA --> 8905061654
BSM --> 7007042951
a.n. Astria Hijriani

PESERTA TERBATAS....!!!!

*Insya Allah, kelas perdana SPN angkatan 2 dilaksanakan pada hari Ahad, 27 Mei 2012

Sabar dan Syukur Menanti Pernikahan

“Boleh saya tanya kepada kalian, kira-kira hal tidak enak apa yang terbayang dalam sebuah pernikahan?” *perlu jadi catatan yang ditanyai ini pada belum nikah.

Ada yang menjawab, “Kalau setelah menikah ternyata nggak sreg.” Ada juga,“Kalo nggak punya visi dan misi yang sama.”

“Sebetulnya jawabannya cukup mudah, nggak enaknya cuma satu, kok nggak dari dulu-dulu saya nikah.”

Banyak kondisi riil di lapangan seperti KDRT, perselingkuhan, mulai terbukanya aib masa lalu yang akhirnya menjadi sumber pertimbangan bulatnya keputusan untuk menikah. Dari semua kasus itu menjadi pe-er buat kita semuanya untuk mencoba mengaplikasikan teori yang sudah didapatkan ke dalam kondisi riil tadi. Agar tidak ada orang yang menganggap bahwa pernikahan itu adanya yang indah-indah saja.

Usia pernikahan pun akan menjadi penentu. Biasanya dapat dilihat dari 3 tahun pertama bagaimana sepasang suami istri membangun pondasi rumah tangganya. Oleh karenanya banyak artis dan masyarakat di sekitar kita yang akhirnya memilih cerai karena gagal dalam membangun pondasi pernikahannya. Pernikahan hanya dijadikan sebagai sarana uji coba (trial and error). Kebanyakan disebabkan karena otoritas yang berlebihan, kelas yang lebih tinggi, dan kecantikan atau ketampanan fisik yang menjadi ukuran ketika memilih pasangan.

Mau Nikah atau Siap Nikah?
Ada yang tahu perbedaan antara keduanya? Ya, mereka yang mau menikah belum tentu siap, tetapi yang siap sudah pasti mau. Ada yang sudah siap tapi nggak mau nikah? (*perlu dikasih tanda tanya besar, nih). Menikah adalah kebutuhan dasar sebagai manusia. Tetapi hal utama yang harus didahulukan sebelum banyaknya kriteria yang akan diminta kepada calon pasangan tak boleh lebih dari bagaimana komitmen dan keimanan yang harus tertancap kuat dalam diri untuk menghadapi setiap jengkal proses yang akan dilalui ke depan. Seperti seorang dokter yang dianggap melakukan malpraktek karena sebuah kejadian yang tidak diinginkan (adverse event), pernikahanpun bisa jadi demikian, riil dan harus dihadapi.

Berdasarkan pengamatan pembicara dari realita, ada 8 faktor atau alasan mengapa akhirnya seseorang tak juga memutuskan SIAP menikah :

Pertama, masih punya tanggung jawab keluarga. Kebanyakan dan biasanya alasan ini dari pihak laki-laki, apalagi ketika ia menjadi tulang punggung keluarga (*bukan bermaksud menghakimi. Mau protes? Silakan.)

Kedua, karena saya belum mapan (cukup). Persoalannya kemudian, angka kecukupan itu berapa? Walaupun kita harus realistis bahwa pernikahan itu memang butuh biaya.
Banyak yang kemudian bertanya, “Ustad biasanya pernikahan itu butuh uang berapa?”

“Kamu punya uang berapa?” Tanya ustad balik. “500ribu habis, 100 juta habis, 1 milyar pun habis. Bandingkan antara pesta pernikahan artis yang digelar hingga menghabiskan dana bermilyar, dengan mereka yang menikah di sudut-sudut mushola dan hanya menghabiskan dana tak lebih dari 500ribu.”

Jadi tidak ada ukuran yang jelas untuk sebuah kemapanan. Makanya harusnya tidak boleh dijadikan sebagai alasan. Ingatlah janji Allah berikut :
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)
Dan sungguh, menunda pernikahan berarti kita terhalang untuk membentuk sebuah keluarga agar semakin banyak menebarkan kebaikan di masyarakat.

Ketiga, merasa punya kekurangan dan nggak pede, terjebak pada hal-hal fisik, dan selalu ingin tampil secara sempurna

Ada cerita seorang lelaki, buta, dan Allah menakdirkan ia mendapatkan jodoh dengan kondisi yang sama. Dan mereka pede-pede aja tuh. Subhanallah anaknya cantiknya luar biasa dan normal. Anaknya inilah yang kemudian menuntun kedua orang tuanya berjalan-jalan keliling kota.

So, ingin tampil secara sempurna itu sah saja, tapi kalau kitanya memang biasa saja ya terima. Gemuk dan kurus itu perlu disyukuri. Dan untuk mengurangi ketimpangan karena ketidakpedean seharusnya keduanya berkomitmen untuk saling mengisi.

Keempat, kurang sreg dengan pasangan yang ditawarkan saking perfesksionisnya kita
Tak jarang tiap individu memiliki kriteria setebal anggaran APBD. Dan semuanya tak luput dari kriteria fisik dan duniawi. Introspeksilah terhadap diri masing-masing. Yakini bahwa yang mendapatkan pasangan yang cantik dan ganteng itu belum tentu enak. Suami ganteng, jalan di mall, eh istrinya sewot kalo suaminya dilihat orang. Dapat istri cantik, digodain orang, bingung lagi.

Kelima, trauma dengan kegagalan masa lalu
Biasanya jika sudah membawa dampak pada aspek ruhiyah hal ini perlu penanganan khusus melalui konselor. Beberapa kali gagal dalam sebuah proses menuju pernikahan bisa jadi trauma tersendiri. Dapat cerita dari seorang kawan yang akan menikah. Dari pihak laki-laki dan perempuan sudah setuju, undangan sudah disebar, semuanya sudah siap. Tapi H-1 tiba-tiba pihak perempuan membatalkan. Alasannya sih saya kurang tahu. Tapi lihatlah betapa besar dampak yang akan ditimbulkan pada pihak laki-laki? Oh, ini masih mending.

Ada yang sudah menikah, ijab qabul, manten disalami oleh tamu yang berdatangan. Tapi hari-hari setelahnya menjadi hambar karena selama 3 hari berturut-turut sang istri tak disentuh sama sekali. Dengan alasan pihak laki-laki, baik manten maupun orang tuanya kurang sreg. Dan itu tidak dibicarakan sebelum menikah, sebelum akad, sebelum ijab qabul.

Keenam, kurang iman - sudah jelas ya

Ketujuh, masih konsentrasi dengan amanah lain

Kedelapan, jodoh yang tak kunjung datang
Inilah yang paling sulit untuk kita jawab. Karena semuanya ada hak prerogativ Allah semata. Yang bisa kita lakukan adalah menanti dan sabar. Kisah berikut mungkin bisa diambil ibrahnya oleh pembaca semua.

“Oh ibu, usiaku sudah lanjut, namun belum datang seorang pemuda pun meminangku. Apakah aku akan menjadi perawan seumur hidup?” seorang gadis, kaya raya, dari Bani Makzum bernama Rith’ah Al Hamka *hemm, yang kaya aja bingung cari jodoh, apalagi kita yang biasa aja.

Kemudian si ibu datang kepada ahli nujum dan dukun. Yang penting anaknya dapat jodoh, Tapi setelah sekian lama tetap tak mendapat hasil. Rith’ah Al Hamka menjadi semakin bermuram durja. Hanya menatap cermin untuk memandang diri sambil terus bertanya,

“Mengapa sampai hari ini tak juga kunjung datang orang yang akan menikahiku?”

Lalu datanglah seorang saudara jauh dari ibunya yang memiliki anak pemuda yang cukup tampan dan kemudian bersedia menikahi Rith’ah. Keduanya menikah. Namun, beberapa waktu kemudian pemuda itu menghilang. Ternyata keinginan pemuda itu menikahi Rith’ah hanya terletak pada hartanya yang berlimpah

Saking stressnya nih, akhirnya si Rith’ah membeli beratus gulung benang untuk dipintal. Lalu kemudian diuraikan lagi, lalu dipintal lagi, dan hal itu yang terus dilakukan sampai akhirnya ia meninggal. Begitulah asmara, bisa membuat orang menjadi gila. Dan kisah gadis Bani Makzum ini diabadikan dalam Al Quran Surat An Nahl 92
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain  Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.”
Apa saja yang harus dilakukan dalam proses penantian itu?

Pertama, mencoba melakukan update diri dalam segala hal
Jika saya jadi manajer HRD salah satu perusahaan, tentu saya akan memilih karyawan terbaik yang bukan sekedar punya talenta tapi MULTITALENTA. Pun begitu dengan kita. Selama menungu, jadilah seorang yang multitalenta agar ketika jodoh kita sudah datang, ilmu yang kita miliki cukup. Hafalan Al Quran, hadist, dan meningkatkan kapasitas keilmuan. Kelak ketika menikah bisa menjadi sumber jawaban dari masalah dalam keluarganya. Dan itu, LANGKA. Nggak semua orang punya kesempatan seperti itu. Menjadi seorang yang oke. Mungkin orang-orang melihat  tak sempurna secara fisik, tapi ia sempurna secara ruhiyah maknawiyah.

Kedua, berikhtiar dengan benar.
Jalan yang baik ada, jalan yang buruk sangat banyak. Sebagaimana disebutkan dalam hadist qudsi, “Allah itu sebagaimana prasangka hamba-Nya”. Dan yang dimaksud dengan ikhtiar yang benar di sini adalah berhusnudzon kepada Allah atas segala ketetapan-Nya serta menjemput jodoh dengan jalan yang baik.

Ketiga, sabar
Ini klise, tapi harus kita yakini kebenarannya. Kita harus meyakinkan diri kita kalau kita sabar Allah akan memberikan yang terbaik dalam hal segalanya. Yakinlah bawa dengan kesabaran tanpa batas, Allah akan memberikan jodoh yang terbaik. Entah itu dari aspek fisik, akhlak, kompetensi, maaliyah, ruhiyah, dan yang lain. Dan kesabaran akan menjadi proses tawakkal kita.

Andaikan kita semua tahu keuntungan dalam bersabar, mau tahu?
1. Berdampingan dengan Allah, karena Allah sangat menyukai orang-orang yang sabar

2. Kita akan memperoleh berita yang menyenangkan

3. Bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak berdosa
Kok bisa? Ya, karena salah satu bagian sabar adalah sabar menerima cobaan hidup. Bukankah cobaan yang sedang melanda kita sat ini (tentang jodoh yang tak kunjung datang) jauh lebih ringan daripada cobaan yang diberikan Allah kepada generasi terdahulu?

4. Insyaallah akan diberi pahala yang berlipat
Kalau saja, orang tahu dan dibukakan segala nikmat tentang pahala, niscaya tak akan ada hiruk pikuk (*waktu itu di kenpark lagi rame turis domestik soalnya) seperti ini. Orang akan banyak meninggalkan kesenangan duniawi kalau tahu betapa berharganya pahala yang tidak bisa diandaikan dengan jumlah mobil, rumah, dan segala kemewahan yang lainnya.

5. Terbebaskan dari siksa neraka
Dan tentu, itu adalah harapan kita semuanya. Kita coba tengok kisah Abdurrahman bin Auf. Sahabat Rosulullah yang sangat luar biasa dalam bersedekah. Kala itu Abdurrahman bin Auf datang ke kota Mekkah dengan membawa 700 ekor unta beserta perbekalannya, LENGKAP. Suatu hari beliau bertemu dengan Aisyah. Aisyah mengatakan kepada Abdurrahman bin Auf, bahwa ketika nanti di yaumul hisab ia akan berjalan dengan merangkak. Mengapa? Karena dengan banyak harta pasti akan dapat banyak pertanyaan. Dan setelah mendengar hal tersebut Abdurrahman bin Auf langsung menyedekahkan semua perbekalan yang dibawanya. Subhanallah…Dan ini adalah bentuk kesabarannya. Lalu kenapa kita tidak bisa? Bisa, pasti bisa!!!

6. Menjadi hamba yang dicintai Allah SWT
Tentu, tak ada cinta yang lebih besar, dari kecintaan Rabb kepada hamba-Nya.
Semoga bermanfaat.[/NF]

Temu Alumni SPN Angkatan 1

Kenpark (6/5) Proses menanti jodoh kadang menjadi cobaan berat bagi sebagian orang. Bisa jadi karena faktor desakan orang tua, tatapan “mengancam” masyarakat sekitar, pertanyaan seputar kapan nikah-punya anak, dan dorongan pribadi karena usia, acap kali menjadi sarana pemicu munculnya kegalauan selama proses penantian.

Tak semua orang memiliki ketahanan psikologis yang sama untuk menghadapi situasi seperti itu. Dan untuk menepis hal-hal negatif yang mungkin mengiringi sepanjang perjalanan penantian jodoh yang belum tiba, hendaklah masing-masing berlatih untuk mengkapitalisasi diri dengan menjadi pribadi yang multitalenta. Tentu saja tak bisa sendirian. Orang-orang seperti ini butuh komunitas agar bisa saling mengingatkan dan memberi motivasi agar tetap berada pada koridor yang benar.

Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu latar belakang diselenggarakannya Gathering alumni SPN Surabaya angkatan I, yang bertempat di gazebo utama kenpark Surabaya mulai pukul 8 WIB dan dihadiri oleh 1/3 dari jumlah keseluruhan peserta SPN.

Ditemani deburan ombak, perahu kecil yang berkeliling pantai, ramainya kunjungan turis domestik, dan suasana pagi yang cerah membuat materi yang dibawakan oleh Ustad Agung Wicaksono, atau biasa dikenal dengan ustad Awi ini, bisa menyihir peserta untuk tetap berada di tempat hingga akhir acara. Pada gathering ini peserta menggunakan sesi diskusi kelompok sekaligus rujakan untuk saling berkenalan dan menambah suasana ukhuwah.

“Semoga yang belum mendapatkan jodohnya bisa tetap berhusnudzon dengan desain yang telah Allah tetapkan,” pungkas Bu Ratri yang juga menjabat kepala SPN Surabaya.(/NF)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes